Bau Nyale : Tontonan, Tuntunan, dan Tatanan Dari Tradisi Memburu Putri Majalenka di Pulau Lombok

Ahlil Ilmar
2 min readJul 2, 2021

--

Tugas Mengenal Kebudayaan di Lingkungan Sekitar oleh Ahlil Ilmar Batuparan Kelompok 118, NIM TPB 16320157

Festival Bau Nyale

Keluarga saya berasal dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pulau Lombok sejatinya adalah kampung halaman dari Suku Sasak. Jadi, kali ini saya akan memaparkan hasil observasi saya tentang salah satu tradisi Sasak di Lombok dengan ayah saya sebagai narasumbernya, berikut hasil observasi saya tentang Bau Nyale.

Bau Nyale merupakan tradisi menangkap cacing di sepanjang pantai Pulau Lombok. Kata itu sendiri berasal dari bahasa Sasak, yaitu Bau yang berarti menangkap dan Nyale yang berarti cacing laut yang hidup di lubang-lubang batu karang dibawah laut. Tradisi ini dilakukan setiap Bulan Februari atau Maret, bergantung pada bulan ke-10 tahun Sasak. Masyarakat dari berbagai usia berbondong-bondong memburu cacing laut tersebut di pantai menggunakan alat semacam saringan. Nyale warna warni ini juga dikenal mengandung protein yang tinggi sehingga sangat nikmat dan layak dikosumsi, apalagi hanya bisa dinikmati setahun sekali.

Berdasarkan legenda, Putri Mandalika, seorang putri cantik jelita yang menjelma menjadi cacing nyale dan muncul sekali dalam setahun di Pantai Lombok. Putri Mandalika memilih mengorbankan dirinya dengan menceburkan diri ke laut, untuk menghindari perpecahan antar kerajaan yang memperebutkan dirinya, kemudian datanglah sekumpulan Cacing berwarna-warni dari laut yang menurut masyarakat dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika.

Pemosisian kebudayaan Bau Nyale berdasarkan tontonan merupakan suatu tradisi acara yang menarik sebuagai agenda pariwisata. Tradisi ini sangat mengesankan bagi warga sekitar dan juga bagi wisatawan. Menangkap nyale hasil buruan adalah kebahagiaan bagi warga Lombok yang percaya akan legenda Putri Mandalika.

Sedangkan pemosisian berdasarkan tuntunan Bau nyale merupakan suatu tradisi yang menunjukkan kebersamaan. Selain itu dilihat nilai-nilai moral juga dapat dilihat dari kisah legenda yang melatar belakangi Bau Nyale, ‘Putri Mandalika atau Putri Nyale’ adalah orang yang senantiasa rela berkorban untuk orang lain dan bijaksana serta adil dalam bertindak atau mengambil keputusan.

Sebagai tatanan, Bau Nyale ini merupakan wujud silaturahmi bagi warga Lombok. Mereka memiliki hasrat yang sama, yaitu menemukan jelmaan Putri Mandalika tersebut. Kegiatan ini pun dapat menyatukan warga dan wisatawan dan dapat membuat mereka larut dalam kegembiraan.

#Mengbudaya #KATITB2021

--

--

Ahlil Ilmar
Ahlil Ilmar

No responses yet